tweety

Selasa, 30 November 2010

banyak yang tidak kau tahu (part 2)

Please read my previous post before you read these post (look at part 1)                       

Geez, masih berbicara tentang aparrate sinting ini, semakin sinting. Semakin kompleks. Mempertanyakan ketidaktahuanku atas diriku sendiri. Aku semakin tak tahu. Semakin tak terkendali. Hari minggu aku lewati dengan ceria tanpa memikirkan kegilaan yang kentara ini. Aku bertingkah seperti manusia biasa. Bermain dan belanja. Tapi senin (hari yang mengharuskanku untuk kuliah. Lagi dan lagi) di suasana fakultas kampus yang khas, sejuk dan damai, tapi tiba” menjadi siluet yang mengerikan kala aku menuju lift (karena kegiatan perkuliahanku paling sering dilakukan di lantai 4 gedung timur fmipa tercinta). Segenap usaha aku lakukan untuk menghilangkan bayangan” kemarin. Tapi apa daya tak ada upaya pikiranku kembali membuana. Memikirkan hal yang tidak” dengan hal yang entah apa namanya (aku tidak cukup berani untuk menyebut kata m#g#c). Untungnya aku masih bisa mengontrol dengan tidak melakukan hal konyol yang tak beradab lagi (menurutku).

                Datangnya sore yang matang telah menutup senin yang hidup. Aku pulang lalu menunggu azan maghrib dengan berleha. Merebah. Lelah. Ingin cepat” bersantap dengan barbarian rasanya, tapi mimpi buruk itu kembali menghantui. Aku mulai berpikir apa aku ini? Mengapa aku bisa melakukan hal itu (aku bosan mengatakannya)? Dan sejak kapan? Darimana asalnya? Kekuatan apa? Harus bagaimana? Untuk apa? Siapa yang lainnya? Dan terus begitu sampai aku menemukan sesosok sapu lidi di pojok ruang tv dekat kamarku. Aku sadar aku tidak akan sebodoh itu, tapi nyatanya, waras tak bisa diterka gila tak bisa ditolak sinting tak bisa disangkal. Ya. Dengan tololnya aku menunggangi sapu lidi tak bergagang dan kecil (pula) yang malang itu. Lalu aku berkata “ayo terbang!”, tak ada reaksi “sapu, terbanglah!”, tetap tak ada reaksi, aku bingung. Apa sih yang dikatakan Harry saat ingin menerbangkan sapu terbangnya?? Apa mantranya?? Tolong transletkan juga magicspell tsb kedalam bahasa indonesia..!!! lalu “ayo kita terbang!, sapu terbang, ayo kita terbang bersama!, bim salabim!, fly!, lets fly!, sapu ajaib yang baik hati, terbang yu!, dan blablabla” hingga mulutku berbusa mencoba mencari mantera, sapu terkutuk itu tak mau terbang. Apa memang ada yang salah. Ya. Mungkin itu memang tidak bisa dilakukan dengan sapu lidi biasa (setidaknya ukuran sapu itu harus lebih besar, bergagang, atau lebih mirip dengan yang dipakai Harrry), atau itu harus dilakukan diluar ruangan, atau aku seharusnya tidak setolol ini, seharusnya aku tidak berniat untuk menunggangi sapu lidi yang tak berdosa itu, yang kujadikan bahan percobaan, yang dijadikan objek ketololan mahasiswi sinting yang hanya tinggal menunggu saat “ kehancurannya. Aku frustasi. Berpikir, kembali penat. Lalu kucabut satu lidi dari kumpulannya, kubuat menjadi tongkat ajaib. Serta merta ku ucapkan mantra “expecto patronum” (mantra favouritku tanpa mempertimbangkan bahwa dementor itu tak ada di dunia ini. Adapun dedemit, sumpah demi apapun, aku ^sampai kapanpun^ tak mau bertemu dan memang saat itu tak ada mahkluk seperti itu kutemui). Tak ada yang berubah. Lalu aku mengarahkan totongkatan itu kearah figura yang bermuatkan potret adikku Dicky kemudian berkamit “riddikulus” berharap Dicky (potret) akan berubah menjadi badut. Tapi tak bisa. Satu hal lagi aku melupakan bahwa Dicky (apalagi potretnya) bukanlah sama sekali hal yang paling aku takuti. Lalu aku harus memakai mantra yang mana??? Mantra apa?  Tak ada semut saat itu yang bisa kuteriaki “avadra kadavra”. Aku lelah. Gamang. Dan menyerah,, azan tiba dan untuk sejenak aku bisa terlupa dari sillyshittyfuckindamnassholething ini. Setengah tujuh malam itu aku sudah mengantuk. Mungkin karena terlalu lelah beraktivitas plus kekenyangan buka puasa. Sambil mendengaran radio (yang akhir2 ini jadi hobby) aku terlentang tiduran dikamar. Sekitar jam tujuh sayup2 kudengar azan Isya dalam keadaan setengah tidur dan setelah itu aku sudah tak sadar apa yang terjadi.
                Jam setengah 10 (sekitarnya), aku bangun dan mendapati radio sudah tak memperdengarkan melody yang menenangkan jiwa atau hanya sekedar ocehan penyiar cerewet. Ku ambil samsung  sgh m150-ku, dan kudapati pula 9 sms berisi jarkoman dari Amin km b sang ketua kelas, A dadan dengan sms gejenya, dari Ikhsan khairu r, satu nomor tak dikenal, Nuii bibiph dan ka Ameth ITB (nama yang aku tuliskan sesuai dengan nama di phonebook samsungku). Sms yang dikirim dua kali dari ka Ameth berbunyi :
“Din, bener trnyata cincin memuai ke arah luar.. Oh, iya aku ga akan nanya kmu beneran ber-apparate? Mksdku, BENERAN? Jd ga bayar angkot dong, wah parah..”
Oh, terimakasih. Ternyata mimpi buruk itu tak hanya ada saat kita tidur. Bahkan saat, aku keluar dari dunia mimpi pun this nightmare still chase me cruelly. Tapi terima kasih sungguh “sungguhan” telah membaca (repot” dgn rajinnya) dan mengunjungi blog-ku. Mungkin kaka yang pertama. Dan sepertinya memang iya.

Diam sejenak (sepertinya lebih. Entah dua atau tiga jenak atau malah banyak jenak). Lalu pergi ke kamar mandi, shalat isya, tahajud, lalu melamun. Terpikir apparate sialan itu lagi. Tiba2 terpikirkan untuk melakukannya. Tapi kemana?? Aga lapar, aku memikirkan kafe favourit di jalan setiabudhi itu. Suasana bau basah dan remang” malam sepertinya sangat menggoda. Tapi emang masih buka?? Ngapain?? Sendirian?? Akhirnya niat itu terkubur dalam”. Lalu melihat hp dan sepertinya makhluk insomnia itu sudah tidur, ternyata sms balasan datang telat. Aku ingin mencoba ber-apparate ke tempat ia berada. Serta merta aku membaca mantra, aku tidak berapparate. Tahu apa yang kulakukan?? AKU BERTERIMAKASIH PADA TUHAN KARENA TELAH MENCABUT KUTUKAN INI. Mencoba meyakinkan, aku terpikirkan seseorang. Aku sms “udah tidur ya? Thinking of you..” (kalau kamu baca, dilarang senyum). Aku coba berapparate ketempat dia. Dan aku berada di ruang kosong gelap. Di tempat yang kuyakini sebagai ruang tengah kost-an. Diluar pintu kamarnya. Dan geez, aku kecewa. Aku cepat” kembali ke kamarku tanpa melihat sleepingbeauty-nya, tanpa  penasaran melihat wajah pamannya, dan lain”. Dengan segera. Karena aku sadar aku masih memakai mukena putihku. Setelah kembali, aku merengek kesal “jadi aku masih ber-apparate?? Kenapa tadi ga bisa??”. Akhirnya aku tahu sebabnya. Kenapa?? Karena aku tidak pernah  kerumah kaka sebelumnya. Arcamanik yang mana?? Hwhwhw.. jadi gg bisa meyakinkan apakah anda masih gondrong?? Kalu dicukur lebih rapi kayanya lho.. akhirnya mengaji jadi pilihan yang paling tepat deh.. hingga aku kembali terlelap..
***
Selasa pagi aku bangun. Melamun. Dimana aku dapat menemukan sapu lidi yang kiranya memungkinkan? ITB? Aku rasanya memang pernah melihatnya di ITB. Tapiiiiiiiiiiiiiiii, ga jadi ahh. Ga ada orang yang kenal lagi d kampus, akhirnya ga jadi. Akhirnya ada titik terang hingga aku berapparate ke Jl. Cihampelas 173 -  SMA 2 BDG dimana tiga tahun yang lalu aku memang sering nongkrong di taman depan parkiran mobil menunggu kelas dimulai. Dan goodnews, aku menemukannya. Joke 3 tahun lalupun kembali membahana. Sampai mati pun aku mencoba dan beribu mantra ku ucap, sapu tak kunjung terbang. Bahkan bergerak. Well, aku ga bisa terbang. Seharian ini aku menggila menunggu jam masuk kampusku. Lalu satu lidi, pensil, bolpoin, tongkat, dan benda2 panjang lainnya ku jadikan tongkat ajaib. Sampai tua pun aku berkamit “avadra kadavra”, tak ada satupun semut yang kutunjuki mati atau terluka. Well, aku tidak bisa membunuh seenak jidat. Dan di kaleng mainan Dicky, aku menemukan bola kecil sebesar pingpong. Hanya saja terbuat dari karet dan berwarna putih, dan aku segera ber-apr (selanjutnya kutulis begini biar gampang. Kenapa ga dari dului ya?) ke gedung ITB yang misah d depan balubur itu loh. Yang pagarnya kaya gawang quidditch. Dan bola itu biar kulepas, tak jua merentangkan dan mengeluarkan sayap. Tak mampu melawan gravitasi dan menghasilkan energi zeropoint atau sejenisnya. Well, ini juga tak terjadi. Jadi, aku ga punya tongkat, ga punya sapu, ga punya jubah, jadi aku bukan penyihir. Aku lantas menganalisis apa sebenarnya kekuatan apr ini. Setelah menelisik, aku juga ternyata tak bisa hadir di dua temapt sekaligus seperti Hermoine. mungkin karena aku tak punya jam pasir. Tapi entahlah. Aku hanya bisa ber-apr ~ datang ke satu tempat dengan kilat. Hanya itu. Gunanya?? Kupikir tak ada bagusnya hal ini kecuali untuk transportasi darurat dan MEMBUAT  AKU GILA. SEKALI LAGI, GILA. SINTING. TERIMA KASIH. SUNGGUH. Lalu aku ini apa? Penyihir, bukan. Dukun santet apalagi. Aku harus bagaimana? Aku tak tahu. Tak tahu. Tak tahu.

Bukankah memang benar bahwa tak sedikitpun aku mengetahui sesuatu. Tak sedikitpun kita mengetahui sesuatu. Tak sedikitpun kau mengetahui sesuatu. Bahkan kau tak tahu bahwa selama ini kau itu apa? Aku itu apa? Dan satu hal penting!!!!! Kau benar benar tak tahu apa-apa. Kau tak tahu bahwa semua yang aku tulis adalah fiktif belaka. Fiktif. Karangan. Ilusi. Ya. Tanpa apparate-pun aku memang sudah gila. Cheeeeeeeeeeeers!! Salam sahabaaaaaaat!!!!     J


Sabtu, 27 November 2010

banyak yang tidak kau tahu, dan aku ber-aparrate

Apa kau pikir kau cukup tahu akan dirimu?? Akan dunia ini?? Tidak. Sesungguhnya tidak ada manusia manapun  yang benar-benar mengetahui sesuatu. Apa yang kau ketahui adalah jembatan pertanyaan atas apa yang tak kau ketahui dari sesuatu itu. Setiap kau mengetahui sesuatu, maka semakin tak tahu dirimu akan sesuatu itu.

Ternyata banyak sekali hal yang tidak kita ketahui. Apa yang kamu ketahui?? Itu sama sekali tidak ada apa- apanya. Hanya ingin berbagi cerita atas ketidaktahuanku. Aku. Banyak sekali hal yang tidak aku ketahui. Dan sebuah kenyataan yang benar – benar nyata bahkan baru aku ketahui. Cerita ini bermulai saat aku tengah berada di depan lift fakultas kampusku. Dan untuk menetralisir keadaan dan kecanggungan yang ada, aku akan menceritakannya dengan sedikit cair..

Jadi begini,,
Kala itu, hari Jum’at, 26 November 2010, dalam keadaan terlambat setengah jam dari kegiatan PEC (Physics English Club) tepatnya pukul 15.56 WIB, aku, Nella dan Lisda temanku setengah berlari menghampiri lift dengan terengah ke arah utara gedung fakultas kampus. Setelah tiba di depan lift dengan napas tersenggal”, kami masih bisa tertawa atas hal konyol yang kami lakukan. Terlambat setengah jam sudah bukan hal aneh bagiku. Tapi tidak untuk kedua temanku. Mereka panik dan terus saja mengoceh kala lift menunjukkan angka empat dengan panah menunjuk arah atas. Kami sadar di lantai satu ini kami tidak menunggu lift turun sendirian (maksudnya bertiga), ada orang lain selain kami disana, teteh – teteh berjilbab panjang (diperkirakan bahwa dia tingkat 3), dan lelaki yang wajahnya boros (sebelumnya maaf. Karena benar saya tidak bisa mengira-ngira lelaki ini dosen, assdos, mahasiswa, atau apa. Tak ada mimik yang cocok. Tapi saya berani yakin bahwa beliau bukan cleaning service ^karena kala itu tak ada tanda – tanda ia memakai seragam tukang bersih-bersih^)
                Lalu, datang Dani. Mahasiswa se-angkatan dan sejurusan dengan kami yang sepertinya hendak menghadiri pembelajaran di club juga. Karena kelas itu kelas umum, maka urusan bahwa kami berbeda kelas adalah lain soal. Dengan kehadiran Dani ini kami semakin gila saja. Merasa ketiban durian runtuh karena kami tidak benar – benar sendirian. Dengan santainya aku nge-joke : “ayo kita ber-aparrate aja!” sambil memegang tangan Lisda disebelah kiri dan tangan Nella di sebelah kanan (mungkin karena pengaruh film Harry Potter and the deathly hallows yang aku tonton senin yang lalu.)
                Dannnnnnnnnnnnnnnn,, satu hal yang aku ketahui. Baru aku ketahui. Detik berikutnya, aku, Lisda dan Nella telah berada di tengah-tengah kelas PEC yang ramai. Tanpa ada seorangpun atau sepasang matapun yang menyadari atau mempersalahkan dari mana kita berasal. Semua tampak natural seperti halnya kita tengah berada di tempat itu telah lama. Berbaur. Tanpa ada kesenjangan. Kau boleh bilang ini bohong. Ini tahayul. InI dusta. Atau ini gila karena akupun berpikir demikian kala itu. Aku shock. Kaget. Ga percaya. Jika kau tahu, aku benar-benar menggelengkan kepalaku saat itu. Dan satu hal yang lebih bodoh lagi, aku bertanya
 “Nella, kita bener barusan ber-aparrate?”
“ha?”
“iya. Barusan kita d lift terus….(blablabla aku menceritakan ulang)”
“ha? Lucu” komentar Lisda yang ikut mendengarkan.
“seriusan” jawabku lebih meyakinkan dengan tampang yang serius (ku usahakan mimik mukaku berkata bahwa aku berkata benar dan ini bukan lagi joke)
“ha? Ngomong naon sih?” (naon=apa)
Aku pun diam. Bergelut dengan pikiranku atas kesintingan ini. Lalu Dani datang, duduk disampingku dan disebelah Arman. Tahu apa yang kulakukan? Aku menatapnya kosong, nanar dan melongo. Ini serius. Sampai sepersekian detik aku sadar, dan berpikir kembali apa yang telah terjadi dan bagaimana itu terjadi. Dan aku kenapa? Harus bagaimana? Semuanya tanda tanya.
                Lebih sinting lagi (aku tahu), aku mencoba ber-aparrate kembali. Memikirkan sesuatu tempat dan berkata “ayo, kita ber-aparrate”. Dan “poof”, aku di lantai satu, tepat di depan lift dan sendirian. Lalu mengulangnya kembali dan menutup mata. Lalu “poof” aku kembali di kelas. Masih merasa berilusinasi, aku memikirkan tempat lain. Begitu demikian hingga poof aku di dalam lift dan poof kembali ke kelas. Saat itu aku mengamati jam biru beningku bergambar smile, dan ajaib, itu hanya sedetik untuk aku bisa ada di tempat lain. Kaka tingkat sebagai comeete club tengah memainkan sebuah game, dan Ozi tengah berada di depan kelas diruang (yang aku sadar adalah) E-406. Lalu kaka itu memutar sebuah film (setelah berunding dengan umat” disitu) yang berjudul “How To ######## Your Dragon”  (########= aku lupa apa itu). Dan sepanjang film itu berputar aku hanya bengong, menempelkan tangan kiri di dagu, memikirkan apa yang telah terjadi.

                Besoknya, yaitu hari ini, tadi pagi aku berpikir bahwa itu adalah mimpi. Tapi saat aku naik angkot caheum-ledeng menuju UBK (jl. Ciliwung 14), tepatnya di depan mall Balubur dan melihat gerbang ITB yang seperti gawang bola quidditch seperti di seri Harry potter dan kembali mengingat peristiwa kemarin. Lalu aku menutup mata, memikirkan halaman depan UBK, dan berbisik kata yang kemarin aku  ucapkan, dan aku dengan segera telah berada di depan jl. Ciliwung 14. Ini hampir membuatku gila. Sekarang, sore ini, didepan komputer d UBK, aku hendak tak ingin lagi memikirkan tentang ini. Mencoba untuk lupa. Dan disini, sekarang, ku postkan ceritaku di blog. Tunggu perkembangannya yaaa.. keep watch!! Dan waspadalah!! Waspadalah!! Waspadalah!!

Jumat, 26 November 2010

hey hula hulaaaaa...

Hi guys,, its 1st time for me post something in this my new blog (gg baru” bgt jg si sebenernyahh,, hhahah,,). Well, ngapain yy,, berhubung orang” biasanya introduce dulu kan ya,, dan biar dianggap normal (setidaknya menyembunyikan ketidaknormalan diri--- eh hus, salah. Maksudnya gg mau sombong nunjukin keluarbiasaan gue gtu lo,, hhi. Ngalay), oke dehh mari mari kue mari,, lha, salah lagi. ri mari kita kenalan....

Dini Hafshah Zaahirah Jauza Jauharah (amin). Nick name : Dinni Maura Azimuth Azure (wkwkwk.. gpapa ya boong) aslinya mah Dini Siti Aprilani Anak Ibu Nani Suryani Hobi Bernyanyi Setiap Pagi Hihihihi Trililili. Ahh, udahan ahh,, seriusan ni skarang mah,, hmmp. Saya adalah seorang gadis perempuan (iyalah smua gadis pasti perempuan) berusia 17 tahun 6 bulan yang tumbuh di keluarga biasa” tapi subhanallah sangat bahagia karenanya. Anak pertama dari dua bersaudara. Adik saya Dicky Azi Nugraha tengah duduk di bangku kelas 4 SDN Bandung Baru II dengan sidakep bari ga balem (bagi yang gg ngerti maksudnya, gg usah cape" translet. Pokoknya gg usah). Sedangkan si saya adalah mahasiswi di salah satu universitas negeri di bandung (oke. Iya iya UPI~UniversitasPendidikan Indonesia) fakultas MIPA jurusan pend.Fisika. Selebihnya kehidupan saya memang biasa” saja. alhasil   saya bingung sendiri ni hendak menuliskan apa  di blog saya yang gg lucu ini.

Tapiyatapiyatapiya, saya agak tertarik dengan sains ni. Yahh,, stidaknya blog ini kiranya akan sedikit berfungsi menuang sains selain cerita hidup yang ga rame. Eh,, tapi jangan salah. Saya juga hobby nulis sebenernya,, kalu ntar suatu saat jiwa pujangga saya menggelora, ya jangan dikira kerasukan chairil anwar gitu. Jal. Rummi ajja (lha??)

well, ayo kita menyelam,, tak kenal maka ta'aruf.. salam kecup dari saya yaaaaaa,, ;0