Please read my previous post before you read these post (look at part 1)
Geez, masih berbicara tentang aparrate sinting ini, semakin sinting. Semakin kompleks. Mempertanyakan ketidaktahuanku atas diriku sendiri. Aku semakin tak tahu. Semakin tak terkendali. Hari minggu aku lewati dengan ceria tanpa memikirkan kegilaan yang kentara ini. Aku bertingkah seperti manusia biasa. Bermain dan belanja. Tapi senin (hari yang mengharuskanku untuk kuliah. Lagi dan lagi) di suasana fakultas kampus yang khas, sejuk dan damai, tapi tiba” menjadi siluet yang mengerikan kala aku menuju lift (karena kegiatan perkuliahanku paling sering dilakukan di lantai 4 gedung timur fmipa tercinta). Segenap usaha aku lakukan untuk menghilangkan bayangan” kemarin. Tapi apa daya tak ada upaya pikiranku kembali membuana. Memikirkan hal yang tidak” dengan hal yang entah apa namanya (aku tidak cukup berani untuk menyebut kata m#g#c). Untungnya aku masih bisa mengontrol dengan tidak melakukan hal konyol yang tak beradab lagi (menurutku).
Datangnya sore yang matang telah menutup senin yang hidup. Aku pulang lalu menunggu azan maghrib dengan berleha. Merebah. Lelah. Ingin cepat” bersantap dengan barbarian rasanya, tapi mimpi buruk itu kembali menghantui. Aku mulai berpikir apa aku ini? Mengapa aku bisa melakukan hal itu (aku bosan mengatakannya)? Dan sejak kapan? Darimana asalnya? Kekuatan apa? Harus bagaimana? Untuk apa? Siapa yang lainnya? Dan terus begitu sampai aku menemukan sesosok sapu lidi di pojok ruang tv dekat kamarku. Aku sadar aku tidak akan sebodoh itu, tapi nyatanya, waras tak bisa diterka gila tak bisa ditolak sinting tak bisa disangkal. Ya. Dengan tololnya aku menunggangi sapu lidi tak bergagang dan kecil (pula) yang malang itu. Lalu aku berkata “ayo terbang!”, tak ada reaksi “sapu, terbanglah!”, tetap tak ada reaksi, aku bingung. Apa sih yang dikatakan Harry saat ingin menerbangkan sapu terbangnya?? Apa mantranya?? Tolong transletkan juga magicspell tsb kedalam bahasa indonesia..!!! lalu “ayo kita terbang!, sapu terbang, ayo kita terbang bersama!, bim salabim!, fly!, lets fly!, sapu ajaib yang baik hati, terbang yu!, dan blablabla” hingga mulutku berbusa mencoba mencari mantera, sapu terkutuk itu tak mau terbang. Apa memang ada yang salah. Ya. Mungkin itu memang tidak bisa dilakukan dengan sapu lidi biasa (setidaknya ukuran sapu itu harus lebih besar, bergagang, atau lebih mirip dengan yang dipakai Harrry), atau itu harus dilakukan diluar ruangan, atau aku seharusnya tidak setolol ini, seharusnya aku tidak berniat untuk menunggangi sapu lidi yang tak berdosa itu, yang kujadikan bahan percobaan, yang dijadikan objek ketololan mahasiswi sinting yang hanya tinggal menunggu saat “ kehancurannya. Aku frustasi. Berpikir, kembali penat. Lalu kucabut satu lidi dari kumpulannya, kubuat menjadi tongkat ajaib. Serta merta ku ucapkan mantra “expecto patronum” (mantra favouritku tanpa mempertimbangkan bahwa dementor itu tak ada di dunia ini. Adapun dedemit, sumpah demi apapun, aku ^sampai kapanpun^ tak mau bertemu dan memang saat itu tak ada mahkluk seperti itu kutemui). Tak ada yang berubah. Lalu aku mengarahkan totongkatan itu kearah figura yang bermuatkan potret adikku Dicky kemudian berkamit “riddikulus” berharap Dicky (potret) akan berubah menjadi badut. Tapi tak bisa. Satu hal lagi aku melupakan bahwa Dicky (apalagi potretnya) bukanlah sama sekali hal yang paling aku takuti. Lalu aku harus memakai mantra yang mana??? Mantra apa? Tak ada semut saat itu yang bisa kuteriaki “avadra kadavra”. Aku lelah. Gamang. Dan menyerah,, azan tiba dan untuk sejenak aku bisa terlupa dari sillyshittyfuckindamnassholething ini. Setengah tujuh malam itu aku sudah mengantuk. Mungkin karena terlalu lelah beraktivitas plus kekenyangan buka puasa. Sambil mendengaran radio (yang akhir2 ini jadi hobby) aku terlentang tiduran dikamar. Sekitar jam tujuh sayup2 kudengar azan Isya dalam keadaan setengah tidur dan setelah itu aku sudah tak sadar apa yang terjadi.
Jam setengah 10 (sekitarnya), aku bangun dan mendapati radio sudah tak memperdengarkan melody yang menenangkan jiwa atau hanya sekedar ocehan penyiar cerewet. Ku ambil samsung sgh m150-ku, dan kudapati pula 9 sms berisi jarkoman dari Amin km b sang ketua kelas, A dadan dengan sms gejenya, dari Ikhsan khairu r, satu nomor tak dikenal, Nuii bibiph dan ka Ameth ITB (nama yang aku tuliskan sesuai dengan nama di phonebook samsungku). Sms yang dikirim dua kali dari ka Ameth berbunyi :
“Din, bener trnyata cincin memuai ke arah luar.. Oh, iya aku ga akan nanya kmu beneran ber-apparate? Mksdku, BENERAN? Jd ga bayar angkot dong, wah parah..”
Oh, terimakasih. Ternyata mimpi buruk itu tak hanya ada saat kita tidur. Bahkan saat, aku keluar dari dunia mimpi pun this nightmare still chase me cruelly. Tapi terima kasih sungguh “sungguhan” telah membaca (repot” dgn rajinnya) dan mengunjungi blog-ku. Mungkin kaka yang pertama. Dan sepertinya memang iya.
Diam sejenak (sepertinya lebih. Entah dua atau tiga jenak atau malah banyak jenak). Lalu pergi ke kamar mandi, shalat isya, tahajud, lalu melamun. Terpikir apparate sialan itu lagi. Tiba2 terpikirkan untuk melakukannya. Tapi kemana?? Aga lapar, aku memikirkan kafe favourit di jalan setiabudhi itu. Suasana bau basah dan remang” malam sepertinya sangat menggoda. Tapi emang masih buka?? Ngapain?? Sendirian?? Akhirnya niat itu terkubur dalam”. Lalu melihat hp dan sepertinya makhluk insomnia itu sudah tidur, ternyata sms balasan datang telat. Aku ingin mencoba ber-apparate ke tempat ia berada. Serta merta aku membaca mantra, aku tidak berapparate. Tahu apa yang kulakukan?? AKU BERTERIMAKASIH PADA TUHAN KARENA TELAH MENCABUT KUTUKAN INI. Mencoba meyakinkan, aku terpikirkan seseorang. Aku sms “udah tidur ya? Thinking of you..” (kalau kamu baca, dilarang senyum). Aku coba berapparate ketempat dia. Dan aku berada di ruang kosong gelap. Di tempat yang kuyakini sebagai ruang tengah kost-an. Diluar pintu kamarnya. Dan geez, aku kecewa. Aku cepat” kembali ke kamarku tanpa melihat sleepingbeauty-nya, tanpa penasaran melihat wajah pamannya, dan lain”. Dengan segera. Karena aku sadar aku masih memakai mukena putihku. Setelah kembali, aku merengek kesal “jadi aku masih ber-apparate?? Kenapa tadi ga bisa??”. Akhirnya aku tahu sebabnya. Kenapa?? Karena aku tidak pernah kerumah kaka sebelumnya. Arcamanik yang mana?? Hwhwhw.. jadi gg bisa meyakinkan apakah anda masih gondrong?? Kalu dicukur lebih rapi kayanya lho.. akhirnya mengaji jadi pilihan yang paling tepat deh.. hingga aku kembali terlelap..
***
Selasa pagi aku bangun. Melamun. Dimana aku dapat menemukan sapu lidi yang kiranya memungkinkan? ITB? Aku rasanya memang pernah melihatnya di ITB. Tapiiiiiiiiiiiiiiii, ga jadi ahh. Ga ada orang yang kenal lagi d kampus, akhirnya ga jadi. Akhirnya ada titik terang hingga aku berapparate ke Jl. Cihampelas 173 - SMA 2 BDG dimana tiga tahun yang lalu aku memang sering nongkrong di taman depan parkiran mobil menunggu kelas dimulai. Dan goodnews, aku menemukannya. Joke 3 tahun lalupun kembali membahana. Sampai mati pun aku mencoba dan beribu mantra ku ucap, sapu tak kunjung terbang. Bahkan bergerak. Well, aku ga bisa terbang. Seharian ini aku menggila menunggu jam masuk kampusku. Lalu satu lidi, pensil, bolpoin, tongkat, dan benda2 panjang lainnya ku jadikan tongkat ajaib. Sampai tua pun aku berkamit “avadra kadavra”, tak ada satupun semut yang kutunjuki mati atau terluka. Well, aku tidak bisa membunuh seenak jidat. Dan di kaleng mainan Dicky, aku menemukan bola kecil sebesar pingpong. Hanya saja terbuat dari karet dan berwarna putih, dan aku segera ber-apr (selanjutnya kutulis begini biar gampang. Kenapa ga dari dului ya?) ke gedung ITB yang misah d depan balubur itu loh. Yang pagarnya kaya gawang quidditch. Dan bola itu biar kulepas, tak jua merentangkan dan mengeluarkan sayap. Tak mampu melawan gravitasi dan menghasilkan energi zeropoint atau sejenisnya. Well, ini juga tak terjadi. Jadi, aku ga punya tongkat, ga punya sapu, ga punya jubah, jadi aku bukan penyihir. Aku lantas menganalisis apa sebenarnya kekuatan apr ini. Setelah menelisik, aku juga ternyata tak bisa hadir di dua temapt sekaligus seperti Hermoine. mungkin karena aku tak punya jam pasir. Tapi entahlah. Aku hanya bisa ber-apr ~ datang ke satu tempat dengan kilat. Hanya itu. Gunanya?? Kupikir tak ada bagusnya hal ini kecuali untuk transportasi darurat dan MEMBUAT AKU GILA. SEKALI LAGI, GILA. SINTING. TERIMA KASIH. SUNGGUH. Lalu aku ini apa? Penyihir, bukan. Dukun santet apalagi. Aku harus bagaimana? Aku tak tahu. Tak tahu. Tak tahu.
Bukankah memang benar bahwa tak sedikitpun aku mengetahui sesuatu. Tak sedikitpun kita mengetahui sesuatu. Tak sedikitpun kau mengetahui sesuatu. Bahkan kau tak tahu bahwa selama ini kau itu apa? Aku itu apa? Dan satu hal penting!!!!! Kau benar benar tak tahu apa-apa. Kau tak tahu bahwa semua yang aku tulis adalah fiktif belaka. Fiktif. Karangan. Ilusi. Ya. Tanpa apparate-pun aku memang sudah gila. Cheeeeeeeeeeeers!! Salam sahabaaaaaaat!!!! J