Apa kau pikir kau cukup tahu akan dirimu?? Akan dunia ini?? Tidak. Sesungguhnya tidak ada manusia manapun yang benar-benar mengetahui sesuatu. Apa yang kau ketahui adalah jembatan pertanyaan atas apa yang tak kau ketahui dari sesuatu itu. Setiap kau mengetahui sesuatu, maka semakin tak tahu dirimu akan sesuatu itu.
Ternyata banyak sekali hal yang tidak kita ketahui. Apa yang kamu ketahui?? Itu sama sekali tidak ada apa- apanya. Hanya ingin berbagi cerita atas ketidaktahuanku. Aku. Banyak sekali hal yang tidak aku ketahui. Dan sebuah kenyataan yang benar – benar nyata bahkan baru aku ketahui. Cerita ini bermulai saat aku tengah berada di depan lift fakultas kampusku. Dan untuk menetralisir keadaan dan kecanggungan yang ada, aku akan menceritakannya dengan sedikit cair..
Jadi begini,,
Kala itu, hari Jum’at, 26 November 2010, dalam keadaan terlambat setengah jam dari kegiatan PEC (Physics English Club) tepatnya pukul 15.56 WIB, aku, Nella dan Lisda temanku setengah berlari menghampiri lift dengan terengah ke arah utara gedung fakultas kampus. Setelah tiba di depan lift dengan napas tersenggal”, kami masih bisa tertawa atas hal konyol yang kami lakukan. Terlambat setengah jam sudah bukan hal aneh bagiku. Tapi tidak untuk kedua temanku. Mereka panik dan terus saja mengoceh kala lift menunjukkan angka empat dengan panah menunjuk arah atas. Kami sadar di lantai satu ini kami tidak menunggu lift turun sendirian (maksudnya bertiga), ada orang lain selain kami disana, teteh – teteh berjilbab panjang (diperkirakan bahwa dia tingkat 3), dan lelaki yang wajahnya boros (sebelumnya maaf. Karena benar saya tidak bisa mengira-ngira lelaki ini dosen, assdos, mahasiswa, atau apa. Tak ada mimik yang cocok. Tapi saya berani yakin bahwa beliau bukan cleaning service ^karena kala itu tak ada tanda – tanda ia memakai seragam tukang bersih-bersih^)
Lalu, datang Dani. Mahasiswa se-angkatan dan sejurusan dengan kami yang sepertinya hendak menghadiri pembelajaran di club juga. Karena kelas itu kelas umum, maka urusan bahwa kami berbeda kelas adalah lain soal. Dengan kehadiran Dani ini kami semakin gila saja. Merasa ketiban durian runtuh karena kami tidak benar – benar sendirian. Dengan santainya aku nge-joke : “ayo kita ber-aparrate aja!” sambil memegang tangan Lisda disebelah kiri dan tangan Nella di sebelah kanan (mungkin karena pengaruh film Harry Potter and the deathly hallows yang aku tonton senin yang lalu.)
Dannnnnnnnnnnnnnnn,, satu hal yang aku ketahui. Baru aku ketahui. Detik berikutnya, aku, Lisda dan Nella telah berada di tengah-tengah kelas PEC yang ramai. Tanpa ada seorangpun atau sepasang matapun yang menyadari atau mempersalahkan dari mana kita berasal. Semua tampak natural seperti halnya kita tengah berada di tempat itu telah lama. Berbaur. Tanpa ada kesenjangan. Kau boleh bilang ini bohong. Ini tahayul. InI dusta. Atau ini gila karena akupun berpikir demikian kala itu. Aku shock. Kaget. Ga percaya. Jika kau tahu, aku benar-benar menggelengkan kepalaku saat itu. Dan satu hal yang lebih bodoh lagi, aku bertanya
“Nella, kita bener barusan ber-aparrate?”
“ha?”
“iya. Barusan kita d lift terus….(blablabla aku menceritakan ulang)”
“ha? Lucu” komentar Lisda yang ikut mendengarkan.
“seriusan” jawabku lebih meyakinkan dengan tampang yang serius (ku usahakan mimik mukaku berkata bahwa aku berkata benar dan ini bukan lagi joke)
“ha? Ngomong naon sih?” (naon=apa)
Aku pun diam. Bergelut dengan pikiranku atas kesintingan ini. Lalu Dani datang, duduk disampingku dan disebelah Arman. Tahu apa yang kulakukan? Aku menatapnya kosong, nanar dan melongo. Ini serius. Sampai sepersekian detik aku sadar, dan berpikir kembali apa yang telah terjadi dan bagaimana itu terjadi. Dan aku kenapa? Harus bagaimana? Semuanya tanda tanya.
Lebih sinting lagi (aku tahu), aku mencoba ber-aparrate kembali. Memikirkan sesuatu tempat dan berkata “ayo, kita ber-aparrate”. Dan “poof”, aku di lantai satu, tepat di depan lift dan sendirian. Lalu mengulangnya kembali dan menutup mata. Lalu “poof” aku kembali di kelas. Masih merasa berilusinasi, aku memikirkan tempat lain. Begitu demikian hingga poof aku di dalam lift dan poof kembali ke kelas. Saat itu aku mengamati jam biru beningku bergambar smile, dan ajaib, itu hanya sedetik untuk aku bisa ada di tempat lain. Kaka tingkat sebagai comeete club tengah memainkan sebuah game, dan Ozi tengah berada di depan kelas diruang (yang aku sadar adalah) E-406. Lalu kaka itu memutar sebuah film (setelah berunding dengan umat” disitu) yang berjudul “How To ######## Your Dragon” (########= aku lupa apa itu). Dan sepanjang film itu berputar aku hanya bengong, menempelkan tangan kiri di dagu, memikirkan apa yang telah terjadi.
Besoknya, yaitu hari ini, tadi pagi aku berpikir bahwa itu adalah mimpi. Tapi saat aku naik angkot caheum-ledeng menuju UBK (jl. Ciliwung 14), tepatnya di depan mall Balubur dan melihat gerbang ITB yang seperti gawang bola quidditch seperti di seri Harry potter dan kembali mengingat peristiwa kemarin. Lalu aku menutup mata, memikirkan halaman depan UBK, dan berbisik kata yang kemarin aku ucapkan, dan aku dengan segera telah berada di depan jl. Ciliwung 14. Ini hampir membuatku gila. Sekarang, sore ini, didepan komputer d UBK, aku hendak tak ingin lagi memikirkan tentang ini. Mencoba untuk lupa. Dan disini, sekarang, ku postkan ceritaku di blog. Tunggu perkembangannya yaaa.. keep watch!! Dan waspadalah!! Waspadalah!! Waspadalah!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar