tweety

Jumat, 18 Maret 2011

surat untuk air mataku

Ya ALLAH,
Aku berdoa untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku.
Seorang yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu.
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau.
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU.
Wajah ganteng dan daya tarik fisik tidaklah penting.
Yang paling penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan haus akan Engkau
dan memiliki keinginan untuk menjadi seperti Engkau (menauladani sifat-sifat Agung Mu).
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup, sehingga hidupnya tidaklah sia-sia.

Seseorang yang memiliki hati yang bijak bukan hanya otak yang cerdas.
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku.
Seorang pria yang tidak hanya memujaku
tetapi dapat juga menasehati ketika aku berbuat salah.
Seorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tetapi karena hatiku.
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap waktu & situasi.
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika berada disebelahnya.

Aku tidak meminta seorang yang sempurna,
Namun aku meminta seorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna dimataMU.
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.
Seseorang yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya.
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

Dan aku juga meminta:
Buatlah aku menjadi seorang perempuan yang dapat membuat,pria itu bangga.
Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU,
sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMU,
bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.
Berikanlah SifatMU yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMU bukan dari luar diriku.
Berilah aku tanganMU sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.
Berikanlah aku penglihatanMU sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam dirinya
dan bukan hal buruk saja.
Berikan aku mulutMU yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU dan pemberi semangat,
sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari,
dan aku dapat tersenyum padanya setiap pagi.
dan slalu memberikan semangat untuknya

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu,
aku berharap kami berdua dapat mengatakaan
“Betapa besarnya ALLAH itu karena Dia telah memberikan kepadaku
seseorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna”.
Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu
pada waktu yang tepat dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang
Kau tentukan.

kami ini ada, nyata, dan sangat dekat


            Namaku Nella Fitrah Alami. Lisda Sa’adillah Mursyidah, Dinni Maura Azimuth Azure, dan Jaspi Lexi Nathael adalah temanku. Aku hendak menceritakan segenggam cerita kehidupanku dan gejolak diantara mereka.
            Pantulan warna pelangi dari kacamata Dinni merekah di sudut mataku. Entah keajaiban apa lagi yang sedang ia pikirkan. Kadang-kadang aku cemburu tiap kali Jaspi terpesona mendengar Teori Zero Point Energy atau Teori Superstring yang Dinni lantunkan. Bagaimana pun, Dinni itu cerdas dan aku mengaguminya.
 Lisda ini shaleha favorit lelaki. Mutiara yang terdampar di padang jerami. Satu hal yang membutakanku, bulu matanya. Selain rona parasnya, tubuhnya yang aduhai, dan jilbabnya yang yang selalu terjuntai melindungi kulitnya yang mulus, semua tentangnya, keindahan yang sulit didustai.
Jaspi. Tampan. Begitu memesonakanku. Hanya itu yang ku tahu.
*****
September 2010, saat rintik-rintik hujan gemar datang, saat kami mampu mencium bau basah rerumputan, saat peluh beradu angin yang beku, kami dipertemukan di satu pagi yang mendung. Saat itu kami tahu disitulah takdir kami. Hingga akhirnya aku tak perlu khawatir dengan tugas kuliah, dengan keajaiban Al-Qur’an, dengan nafsu yang bergejolak dalam dada yang tak terkira. Teman-temanku ini istimewa, setidaknya sebelum kami benar-benar tak sejalan.
Aku tahu ini tak baik. Aku senang kala Jaspi selalu mengirimiku SMS, aku gembira melihat senyumnya yang dahsyat manis, aku bergetar saat ia duduk disampingku, saat ia mengelus pucuk jilbabku dengan terkekeh, saat ia memberitahuku bagaimana DNA berreplikasi, saat ia mengantarku pulang, saat ia mengecup keningku, aku terbang. Aku selalu melambung, selalu bisu, selalu tuli, bahkan buta. Satu hal yang tak aku senangi. Ketika emosinya meninggi menghadapi keatheisan Dinni. Doktrin orang tua yang selalu ia gemborkan, kelogisannya yang selalu ia perjuangkan, argumenya yang menggema mengalahkan suara lembut Lisda menasehati Dinni dengan Al-qur’an. Kalau sudah begitu Dinni akan pergi menyendiri, Lisda akan mengerutkan kening prihatin, Jaspi akan memarahi dirinya sendiri, kadang membanting kursi atau meja, atau juga ia mengecup kalung salibnya. Ya, Jaspi, pacarku, seorang nasrani. Seketika aku mematung. Gamang. Saat kejadian seperti ini terulang, aku mengikuti kemana Dinni pergi.
“Minum Din!”
“Makasih Nel”, kami akan terdiam beberapa saat, meneguk Mizone dalam beberapa selang waktu. Kemudian Dinni akan bercerita tentang keraguannya, mempertanyakan tuhannya, menganalogikannya dengan balita, dan aku harus tidak mendengar kekonyolan yang ia bisikkan meskipun telingaku terbuka lebar. Sekilas, pikirannya begitu pintar untuk mengartikan tuhan dan agama, tapi keyakinanku mengatakan ia keliru. Hanya saja, apa yang kulihat, sosok jenius didepanku, sahabatku, hanya butuh rasa nyaman. Perlindungan. Didengarkan.
Aku sudah mengira hari seperti itu akan ada. Tapi aku tak pernah menyangka hendak serumit dan sepelik ini. Hari itu Jaspi mondar-mandir di pojok belakang kelas dengan gundah. Aku menghampirinya seperti biasa, “sayang, kamu kenapa?”
“Nel, kamu sendiri? Tak bersama Dinni? Kamu harus membaca ini!” sela Lisda lembut sembari menyodorkanku sehelai kertas kusut.

Aku bukan seorang atheis. Aku percaya dan yakin akan adanya Tuhan. Hanya saja tentang siapa dan yang mana Dia yang masih belum aku pahami. Kenapa ada banyak agama dengan banyak keyakinan yang baik dengan sengaja atau tidak telah dibuat? membagi dan membingungkan.
Tuhanku ya Tuhan. Aku tidak memerlukan sebuah agama dan memeluknya untuk mengetahui identitas Tuhan. Aku hanya perlu mengetahui Tuhan itu harus seperti apa dan aku meyakininya. Tapi kenapa banyak diantara manusia memilih? Apa agama mereka?
Hmh, a-gama. Tidak kacau? Bukankah agama yang telah membuat peradaban manusia semakin kacau? Awalnya, animisme, dinamisme yang bukan merupakan agama tidak begitu dipermasalahkan. Tapi semenjak adanya Islam, Kristen, Budha, Hindu, atau apalah lainnya, bentrok antara siapa yang paling misionaris akhirnya terjadi. Itu jelas bermasalah. Berusaha mempertahankan dan mengembangkan agamanya masing-masing dengan mencari pengikut sebanyak-banyaknya.
Agama itu seharusnya tidak ada. Agama itu pembunuh.
Yeah, Galileo salah satunya. Dia dibunuh oleh orang-orang gereja karena teorinya yang bertentangan dengan paham gereja yang didapat dari Plato, seorang manusia sama halnya dengan Galileo. Tidakkah mereka paham dengan perkembangan, perubahan, dan bukti? Geosentris dan Heliosentris. Ayolah, itu hanya teori, jika kalian percaya dengan Tuhan, seharusnya kalian biarkan saja. Toh Tuhan tidak mempermasalahkan teori mana yang benar. Hanya Tuhan yang tahu bukan? Itu kuasa Tuhan yang nantinya akan kita ketahui. Nanti. Entah kapannya itu. Sama halnya dengan teori bagaimana dunia ini terbentuk. Kenapa harus ada yang terbunuh? Agama telah membuat kesalahan.

“Tulisan Dinni kan? Kenapa?”
“Bek, kamu kok ga kaget? Kamu menerima apa yang ia tulis? Jangan bilang kalau kamu sudah mengetahui ini sejak lama dan kamu tidak pernah memberitahu kita,” Jaspi menghimpitku dengan terengah,”jawab Nella!” bentaknya.
“I i iya. Aku hanya tak mau ia semakin keras. Aku hanya mampu mendengarkan,” saat itu aku hanya bisa tertunduk terbata. Jaspi begitu menyeramkan. Orang-orang tak akan memercayai bahwa ia terbiasa sangat manis. Aku ketakutan.
“Jaspi!” Lisda menariknya menjauh dariku. “Tapi kamu seharusnya tidak membiarkan pikirannya tersesat sejauh ini, Nel. Kamu harusnya lebih tahu apa yang bisa kamu lakukan padanya jika kau menyayanginya,” Lisda memegang pundakku dan bertutur lembut seperti biasa. Aku ingin sekali berkata bahwa dalam praktiknya siapa pun takkan bisa menembus Dinni. Hanya hatinya sendiri yang mampu melunakkannya. Tapi keberanian tak pernah bersahabat denganku. Dinni muncul dan menghampiri kami. Ia memakai kemeja ketat lengan pendek dan jeans warna senada.
“Akhirnya, anak sok genius ini datang juga. Aku ingin penjelasanmu, bagaimana kau bisa menulisnya?” Jaspi tak pernah tahu cara mengontrol emosinya.
“Bukan urusanmu. Kamu hanya kesal kan aku menulis kata gereja disitu?”
“Apa? Kau ini..”
”Jaspi!”, Lisda dapat dengan cepat mencengkeram tangan Jaspi yang hendak menampar Dinni, sementara aku, menegurnya pun tak pernah mampu. “Kamu menyalahkan agama. Itu yang salah. Kamu pernah membaca Al-kitab? Semua kamu kaji, bukan? Kami rasa kamu kurang tepat, argumenmu.”, Lisda menatap Dinni lekat.
“Agama itu hakekatnya ada dari Tuhan. Bukan dari atau bentukan manusia. Manusia mengetahui adanya Islam, Kristen, Budha ataupun Hindu itu karena mereka mendapat pesan atau apa yang bisa kita sebut firman dari Tuhan, petunjuk. Kau menekankan dirimu percaya dan yakin dengan Tuhan, seharusnya kau tau apa saja yang kiranya menyertai Tuhan dan agama adalah salah satunya. Kamu salah jika beranggapan kita tidak memerlukan identitas Tuhan”, Jaspi kehilangan arah bicaranya. Ia meluapkan apa pun yang melintas pikirannya. Seharusnya mereka tidak seaktif ini. Seharusnya Dinni langsung pergi saja. Seharusnya aku tak hanya diam.
”Ya. Kita sangat memerlukannya, semua orang tahu itu, dan itu adalah alasan mengapa kita memilih agama.” timpal Lisda menengahi, meredam emosi yang kentara. “Ajaran yang kami tahu itu adalah ajaran Tuhan dan itu berdasarkan agama yang kami anut. Aku ingin mendapatkan kebaikan jika kau menanyakan apa yang ingin aku dapat dari semua itu. Jadi apa yang terlihat meragukan?” tambahnya tetap tenang, menutupi kebimbangannya.
”Kau bermaksud itu surga? Memang apa masalahnya dengan neraka? Dasar keyakinanmu itu jelas tak bisa dipertanggungjawabkan,” kami tersentak.
”Pertanyaanmu itu yang jelas tidak berdasar!” Jaspi meluap. ”Ya jelas masalah lah, itu pilihan kita. Surga dan neraka itu pilihan antara kenikmatan atau kesengsaraan kekal yang akan kita dapat nanti. Kau pikir kau mengetahui adanya surga dan neraka itu dari mana? Manusia tidak akan mengetahui hal itu sampai seseorang yang terpilih memberitakannya. Kau meminta pertanggungjawaban dari apa yang belum kau pilih? Seharusnya sekarang kau mengerti letak kesalahanmu dimana,” suaranya membahana, mata sipitnya melebar nanar. Amarah berkecamuk.
”Aku tidak menginginkannya.”
”Tapi pilihan itu selalu ada. Apa yang kau inginkan?”
”Mati.”
Lisda tidak kaget dengan jawaban itu. Dia menggelengkan kepalanya, menatap Dinni iba. Prihatin. Tapi, baru kali ini aku melihat Jaspi hampir menangis.
”Lalu apa yang kau mau?”
”Mati. Cukup mati. Aku hidup untuk mati. Kenapa menanyakan hal itu?” Dinni berteriak. Air mata mulai meluncur di kedua belah pipinya. ”Tuhan membuatku hidup, Tuhan juga yang mematikanku, soal neraka dan surga ya itu Tuhan juga yang menentukan,” lanjutnya dalam isak.
”Dinni, Tuhan bukan seorang balita yang sedang memainkan bonekanya. Dia memberikan kita kehidupan dan memiliki massa, akal, serta hati itu kamu kira untuk apa? Untuk mengusahakan diri kan? Surga dan neraka itu pilihan. Ada pilihan ada syarat. Syarat itulah yang ditentukan Tuhan,” aku tak mengira aku bisa mengatakannya. Aku menangis.
”Mengusahakan diri? Untuk dan atas apa? Dengar, kebaikan dan ketidakbaikan itu milik siapa? Tuhan. Yang menciptakan manusia itu siapa? Tuhan. Manusia itu berwatak itu karena siapa? Tuhan. Manusia berperilaku baik atau tidak itu kehendak siapa? Tuhan juga. Ketetapan Tuhan itu tidak bisa diubah. Aku kira kamu mengerti, Nel. Ternyata kamu sama saja. Menunggu. Cukup itu pilihanku. Aku, aku menganggap Tuhan menciptakan kita untuk kesenangan diri-Nya sendiri.”
”Apa? Kau pikir kita ini mainan?” Jaspi tercengang. Keningnya berkerut.
”Dinni, kita diciptakan untuk kembali pada-Nya. Kembali menjadi seperti apa yang telah kita upayakan. Tapi, Tuhan akan lebih senang jika kita menjadi apa yang diharapkan-Nya dan Dia membiarkan kita hidup itulah sebagai kesempatan kita untuk berusaha.” Lisda mengatur temponya, ”Sehingga kita mendapatkan nilai di mata-Nya dan janji atau balasan dari-Nya. Seperti boneka yang akan mendapatkan baju baru jika dia tahan lama atau tidak rusak. Analoginya bisa seperti itu jika awalnya kamu benar-benar menganggap kita ini adalah boneka-Nya. Tapi, jelas kita bukan boneka. Tidak senihil itu. Tuhan selalu mendengar kita.”
”Dan agama yang akan menjawab bagaimana kita mengupayakan diri untuk-Nya. Agama memiliki pedoman, dan itu tertulis di dalamnya. Al-Qur’an bagi umat muslim, Injil bagi umat Kristen, dan begitupun dengan agama lainnya,” sambung Jaspi merintih. Tak tahu lagi cara meruntuhkan dinding pertahanan Dinni.
”Kalian salah! Tanpa agama pun Tuhan pasti akan membalas kebaikan kita!” Dinni masih tak tertembus. Dia merengut memegang kepalanya. ”Kita itu berpikir. Jelas, tanpa agamapun, kita tahu mana yang baik dan yang tidak. Heuh, brengsek sekali Dia kalau memang aku harus memeluk agama terlebih dahulu untuk mendapat balasan dari-Nya. Bukankah Tuhan tidak mempersulit kita?”
”Memang tidak. Tapi, baik menurut kita belum tentu baik menurut Tuhan.”
”Cukup. Tuhan. Dia—Dia memang telah mempermainkanku. Orang tuaku dibiarkan mati, aku dibiarkan kesepian, aku dibiarkan keras, aku dibiarkan sedih. Aku dipermainkan. Kenapa Dia membiarkanku hidup? Kenapa Dia membiarkanku bertanya, mencari, dan menyimpulkan, tapi ternyata hasilnya tetap saja ada yang salah? Apa yang diinginkan Tuhan? Tuhan ingin aku seperti apa? Tuhan membutakanku untuk diri-Nya sendiri,” dia terisak, ”Kenapa Tuhan membiarkanku hidup dengan menutup hatiku?” lalu berlari menghambur keluar.
Aku tak menemukan Dinni di tempat biasa. Dua hari dia menghilang, dan aku kehilangan segalanya. Aku menyadari kesadaranku yang semu selama ini. Jaspi menjadi sangat kacau setelah Dinni pergi, dia merasa sangat bersalah. Dia mulai mengata-ngatai dan menyiksa diri, bahkan membentak dan memukul. Juga melakukannya padaku. Sampai satu saat aku melihat Jaspi menangis di pojok dinding kamar kostnya, ia mengatakan bahwa ia menyayangi Dinni. Mencintainya lebih dari apa pun. Aku tak kuasa mengingat dialog apa yang kami utarakan, jeritan tangis yang aku luapkan, amarah, kelabilan, sakit. Terakhir yang ku ingat bahwa ia berkata “Hanya saja ia keras. Aku menyukainya tapi tidak untuk atheisnya. Aku lebih baik berkomitmen dengan kamu yang berbeda agama daripada dengan dia yang tidak sama sekali,” dan aku melihat ketulusan dimatanya, aku membanting pintu dan berlalu.
Setengah jam berikutnya, kamar bercat violet itu mendekapku, memancarkan kehangatan. Lisda membawakanku segelas air putih, aku meneguknya penuh kuasa.
Aku terbangun dari tidurku, merasakan sakit dikepalaku, dan kembali melamunkan Jaspi. Meski aku tahu Dinni itu begitu bersinar, pintar, dan mengagumkan, aku ingin dunia tahu bahwa aku benar memiliki rasa yang agung untuk Jaspi. Setidaknya aku ingin dunia tahu bahwa aku rela membohongi kakak dan ibuku, dengan sabar menjaga emosi Jaspi yang meluap-luap, menuruti apa yang ia hendaki, bahkan memahami setiap hormone yang tubuhnya produksi. Aku tak sedikit pun menyesal atau benci. Aku hanya ingin menjerit menangis kecewa. Aku tak pernah menyesal untuk setiap pagutan yang kami lakukan, jantung yang berdeak tak tahu diri, untuk setiap cengkraman yang ia sentuhkan, untuk setiap deru nafsu yang menggebu mengelilingiku, merayuku tanpa ragu. Hanya saja aku kecewa. Mataku terbuka. Bahwasannya cinta, air mata ini pun tak mampu menjelaskannya.
Aku bangkit dari tempat tidur dan bantal yang basah, masih terisak dan berjalan sempoyongan menuju kamar mandi. “Man fiddakhil?” aku mengetuk pintu.
“Lisda, Nel.”
Aku kembali ke kamar dan menelisuri rak buku di sudut sebrang pintu. Sebuah buku kecil terjatuh dari tempatnya, ku ambil, dan ku baca.
“Mau ke kamar mandi, Nel? Udah kosong tuh.”
“Ini apa Lis? Benar kamu yang menulisnya? Benarkah apa yang kamu bicarakan, apa yang kamu lakukan padaku selama ini, sikapmu pada Jaspi, semuanya bukan semata-mata karena Jaspi itu seorang nasrani? Semua tulisan ini apa maksudnya? Katakan sejujurnya untuk kali ini, apapun itu.”
“Aku bisa jelaskan, Nel.” Lisda bergetar gugup. Aku dapat melihat ketakutan dan keterkejutan dari mata indahnya yang mulai berair. “Ya Nella. Semua yang tertulis disitu benar adanya. Apa yang aku rasakan ini cinta. Rasa yang bergejolak seperti yang kamu rasakan pada Jaspi. Tak terkendali. Aku cemburu saat Jaspi merangkulmu, aku sakit saat kau selalu membanggakannya, buta karenanya, menggilainya. Bukankah aku juga pantas mencinta? Itu merupakan hak setiap orang bukan?” ia memejamkan matanya dalam-dalam dan mengatupkan bibir khas timur tengah warisan ibunya. Air berlinang deras melalui bulu matanya yang rupawan.
“Tapi kenapa harus seperti ini? Hatiku masih terluka dan kamu menyiram luka yang masih basah ini dengan air garam yang membuat kepedihan lebih dalam. Aku bahkan tak bisa meyakini akalku bahwa hal ini bisa terjadi. Aku tak heran dengan apa yang Jaspi lakukan padaku, tapi tidak dengan ini. Seribu lelaki memujamu, menyanjungmu, menginginkanmu dan semua orang tahu itu. Kenapa ini yang kau pilih? Lalu, kau mejelek-jelekan Jaspi, menyadarkanku atas ketidakwarasanku, dan aku pun menyadari kau selalu berusaha menjauhkanku darinya, semua itu hanya karena cinta sintingmu itu?” aku tak mampu menahan amarahku, otakku tak bisa berfungsi dengan baik kala itu. “Jawab Lis!”
“Iya,” ia berteriak, suaranya tercekat. “Aku tahu kau menganggap ini konyol. Tolol. Tapi inilah yang aku rasa. Aku merasakan rasa itu. Cinta.” Penglihatanku memudar tertutup air mata, namun aku masih bisa melihat Lisda tersedu dalam keburamanku, mukanya memerah. Kemudian ia merintih dan sayup-sayup ku dengar ia berkata, ”Rasa ini telah lama ada dan aku bahagia memilikinya. Aku tak dapat mendustai hatiku bahwa aku mencintaimu, Nel.”
*****
Disinilah aku sekarang, di kelas Statistika Dasar. Aku bisa melihat bias-bias wajah dan punggung mereka dari belakang, namun tak dapat menjangkaunya. Dua hari yang lalu Dinni kembali dan tiga hari kita bersua tanpa bertegur sapa. Hari ini hari terakhir perkuliahan semester pertama. Aku tak punya sedikit pun rencana untuk liburanku. Aku merindukan lantunan Al-Qur’an Lisda, kecupan Jaspi, belajar dan curhat pada Dinni, kebersamaan kita. Ku kira memang seperti inilah akhir ceritaku.
*****
“Kamu yakin tak tertarik mengikuti program ini? Kegiatannya nggak kaku
kok. Inspiratif, fleksibel, motivating ,dan komunikatif malah. Mendalami ilmu agama kan nggak rugi. Liburanmu juga masih dua minggu tersisa.”
“Aku sibuk kak. Aku benar-benar sedang tidak selera”
“Seminggu ini kau hanya mengurung diri dan menonton drama Korea seharian. Jangan kira aku tak tahu. Disana kamu juga bisa mendapat banyak teman.”
“Ya, akan aku pertimbangkan.”
“Itu artinya ya bagiku, lekas berkemas. Ayah menunggu kita.”
“Dasar Ikhsan Khairu Rachman. Bapak ustadz otoriter. Diktator,” begitulah kakakku, sekaku dan selurus ibuku. Biarpun kolot dan culun begitu, meskipun ia tak semempesona Jaspi, kakakku itu sedikit tampan dan aku sangat menyayanginya.
            “Ayolah Nella Fulla Sinderella, jangan alot begitu. Aku tak suka.”
            “Maka berhentilah memanggilku begitu!”
*****
            Aku pergi ke daerah Cieunteung mengikuti program pesantren kilat yang diadakan oleh kakakku dan komunitas Islaminya. Sesampainya disana, aku melihat lautan jilbab lalu segera melengkapinya. Ikhsan benar, aku menyukai suasananya.
            Hari ke empat aku bermalam disana, saat aku bangun hendak tahajud, aku melihat sosok yang aku rindukan. Bukan, bukan Jaspi dan aku tidak sedang bermimpi. Aku mendengar dengan sangat jelas surat Ar-rahman mengalun lembut. Aku melihat air terjun deras di pipi wanita berbalut mukena itu. Ia bersujud penuh syahdu kian lama. Aku masih tertegup memandangnya, menunggu ia mengangkat wajahnya. Akhirnya ku temui paras itu. Aku memerhatikan lekat-lekat parasnya yang tanpa kaca mata. Tidak salah, Dinni, sahabatku telah menemukan jalannya.
*****
                “... aku serius bu. Aku sudah istikharah dan dia juga memberikan tanggapan yang bagus. Aku ingin restu dari ibu. Aku tahu ini terlalu cepat tapi aku mantap untuk mengkhitbahnya. Ini foto dan biodatanya. Dua minggu ini aku sudah cukup mengenalnya dan mengetahui sedikit banyak tentangnya dari teman.”
            “Khitbah? Kakakku menyukai seorang wanita? Baru bertemu dua minggu sudah mau menikah? Mana fotonya?” seminggu aku di pesantren dan pulang di akhir pekan. Keluar dari kamar mandi aku mendengar Ikhsan berbicara pada ibu di dapur.
“Bukan, Nel. Bukan menikah. Khitbah itu mengikat. Hanya sebuah proses menuju pernikahan. Tunangan jika kau bilang. Tak perlu berlama-lama kalau sudah merasa cocok. Dia sangat anggun, lembut, paham agama dan baik. Cantik.”
“Ta.. tapi..” apakah wanita itu secantik Lisda? “mana fotonya?”
“Tidak. Biar nanti saja ku kenalkan. Kamu bisa mendekatkan diri dengannya seminggu nanti di pesantren.”
Aku pernah berharap Lisda jadi iparku. Ia cantik, lembut, baik, anggun, paham agama, dan lebih segalanya dari calon kakakku itu aku yakin. Mereka pasti nampak sangat serasi. Tapi aku tahu sesuatu yang kudustai saat ini. Ya Allah..
*****
            Aku sangat bahagia sekarang. Lepas dari kehampaan-kehampaan yang kerap datang kemarin. Meskipun Jaspi hanya tersenyum padaku, tapi aku senang kami sudah kembali. Kini aku tak lagi melamun cemberut meratapi kepelikan masalahku. Aku selalu tersenyum mengingat kejadian beberapa hari lalu. Saat Ikhsan memperkenalkan wanita yang ternyata sangat cantik, laksana semburat mentari menyinari hatiku. Wanita bercadar itu memelukku dan berbisik, ”aku menyukai lelaki yang kau sebut kakak itu dengan sangat tulus. Dengan cinta yang amat murni, amat jelita lebih dari yang ku duga,” manja, matanya yang khas memancarkan kehangatan yang dalam. Aku menangis terharu di pundak Lisda yang kini mengerti apa arti cinta.
            Aku bahkan selalu tersenyum saat mengingat kita tidur bersama. Lisda bisa bercerita hingga larut bagaimana Ikhsan memikat dan membuat rangkaian listrik merambat dadanya, kita tertawa membicarakan ibu asrama yang latah, Dinni yang sehari semalam mati-matian mendalami Islam, menceritakan bagaimana hebatnya Islam juga Allah menyentuhnya dengan jalan yang tak terkira, lalu kita tertidur berantakan di atas tikar. Semua begitu manis seakan berenangku di kolam gula-gula.
            Ikhsan berkata bahwa ia menemukan Dinni di jalan hendak bunuh diri. Dia bercerita panjang lebar perdebatannya dengan Dinni, sampai ia membacakan surat Ar-rahman dan terjemahnya, Dinni meleleh lunak dan jadilah Dinni yang sekarang. Dengan tuntunan teman-temannya di komunitas, ia semakin mantap memeluk Islam.
            Hari ini kami berempat kembali bersatu. Dan kini kami bersama Ikhsan tengah makan bersama di rumahku. Kami bercerita ini itu tak menentu. Rasa terima kasih yang tak terkira aku suguhkan untuk Ikhsan dan teman-temannya yang sigap merangkul kami, tanpa pamrih mengarahkan, dengan simpul senyum mengabdikan diri untuk Islam dan umatnya yang haus akan sentuhan, yang mempertemukan Lisda dengan cintanya, yang membuat Dinni tak lekang berkencan dengan malam dan sejadahnya, yang membuatku dekat dan kembali lega. Terima kasih, sungguh. Meski Jaspi masih berpegang teguh dengan keyakinannya, kami tetap menunggu syuhada-syuhada selanjutnya yang akan mengubahnya. Man jadda wa jadda. Fabiayyi alaa i rabbikumaa tukaddzibaan. Dimana mereka? Kami sangat merindukan.

Senin, 24 Januari 2011

pamer - puisi lama bersemi kembali


Shackle of longing

Sad so rage
Hit by longing so large
To dam up love
To arrest hope

Want,,
To let dissapear all sorrow and rest
To stop sound of tapping in the chest
Separate soul and life

Not Cinderella
Not rigid and stiff
Not patient with trouble
Waiting for miracle

Tears so dry
Mouth so die
Release scream heart so singing
Longing for nothing

Not only fantasy
But,,
Yearn somebody so buzy
“The real me”

Senin, 27 Desember 2010

menggila kewarganegaraan (hi. ga ada ide ni)- part 2

December 15 at 11:53pm via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Dinni Maura Azimuth Azure
Hodoh.. Telat. Uda panjang gni koment.y jd bngung mw koment apa. Gw jg tdi.y mw koment per paragraf td gmna org bka d hp. Dan sial.y ni koment" pke gw bca. Jd aja blank. Hrz nemu pc, ngoment tu se abrek. Ntaran deh. Tp tntng yg gurning: sia...l lu ly. Gw kan mskin.. Hodoh. Emg ini tgas ya? Aneh bgt. Ntar gw matkul pkn gni jg g ya? Serem amat ih. Mendng dksh fisika lg aja deh gw. Brasa g guna. Kta tu cma bcra tntng 'oh madani' Bla3. Gw ykin g ada sdktpun yg brubah dr dri lo. Msh ska buang smph smbrangn, msh teuteup diem wktu angkt" pd ngetem ngalangin jln, dsbg. Cma intelktual lo yg jalan. Krtis bla3. Pkn d ajarn dr sd bwt dpt nlai bgus. G ngruh bnyk bwt ngara. Emg saklek tw ly yg kya gni tu. Yg crdas aja cma bsa mkr doank. Dan yg crdas tu g smw tajir. Yg mskn, mski crdas g bkal mw rpot" mkrin gnian. Bnr kta dadan. Bnr kta isa. Bnr kta yasser. Kta emg hrz mulai dr dri sndri. KITA. KITA SEMUA. Jd lo g bsa mkr gni sndrian. SEMUA org indo hrz mikir kya gni dlu bru lo bleh ngomng soal madani. Cma mkir doang pun bkanSee More
December 16 at 7:52am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Dinni Maura Azimuth Azure
Brarti ini trwujud. Lo pkr deh. Jaman skrang org bae sma org g bae bnykan mana.. Hmh.. Maka.y ada yg blang yg kya mkn kya yg mskn mkn mskn. da emg gt. Lo bner. Tolernsi emg uda g tw ada dmna. Emang ada. Tp kalo bcra umum.y.. Helloooo.. Indo...nesia gt loh. Sebejibun bejibun.y bntuan tetep aja kta g bkal bsa ngimpi jd madani. Yg kya pda rudet. Yg miskn aplgi. Oke bralih dr jurang pmisah si kya dan si miskn, fktor 'kbnykn.y rkyt indo' emg bner. Kmandrian kta emg scuil bhkan mngkn g ada. Org crdas kalo ngmngn madani bwt indo, mnding dy kbur aja kngra laen (mskpun kalo kta gw, smaju".y ngra emg g akn ada yg nama.y madani. Keidealan itu g akn bsa dcpai. Hodoh. Jd inget matkul lanpen gw. Uda ckp cape ngmngn ideal. Kta trz ngmng ideal. Ideal. Ideal. Tnpa kta tw btas indeal tu kya gmna. Indktor.y apa. Bhkan saat kta mncpai indktor itu pun kta akn tetp mngejar" keidealan. Krna akn lbh tnggi lg tngkt keidealn itu. Trz bgtu smpai tak hngga. Kebaikn itu dlm nyata.y g bsa hnya dnotasikan 100 dan kta g bsa dpt 101. KeidealanSee More
December 16 at 8:06am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Elly Nu'ma Zahroti
Gw baru bc lagi ni. Ternyata, gw malah g nangkep ap yang gw omongin sendiri. Dr note yang gw tulis, jelas gw pengen kita rubah persepsi kita. Terlebih dahulu. Dan jelas it mulai dr diri kita kn. Tp gw malah nentang isa, klo kita bneran fok...us sm kita harus berubah, brarti harus ad yang nunggu dan gw ngrasa orang" yang nunggu it tu bneran emang cm nunggu. Skalinya gerak bukan buat kita. Tp buat diri mreka sndiri.
Trs soal yang pak gurning it, ak emang setuju, dengan catatan kematian orang" miskin yang g ngasih kontribusi ap". Orang" miskin yang emang krn dirinyalah mreka miskin.
Hmm..
Dan iy c, slama in emang gw cm mikir doank. Nothing to do. Krn emang sbenarnya gw masih agak g peduli. Tp mengingat teori ini kembali diingatkan, y mikir lg de, berhubung kalian semua negor, termasuk elo din (kyknya emang bner de, sesaklek inikah gw? Ckck..)

ah, jadi merenung ni.
Azis bkal bilang ap y? (asli gw nungguin komennya dy).

Intinya, pemikiran gw, masih belum bs dipertanggungjawabkan, sekedar bcra, oh oh..
Hwa hwa. Thx u isa, yasser, dadan (kyknya ak inget bgt de, mimik km bkal kyk gmn klo bcra soal gnian), mostly for dini.. (yang ak katain miskin bukan km.. Hhu.)See More
December 16 at 8:15am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Dinni Maura Azimuth Azure
Kya bilangn real postf. Stnggi" harga lo pasang, pzti ada yg lbh tnggi. Masalh tu bkal tetep ada. G akn g ada.) oke klo kta blang "mendkti" ideal (kya.y lo bkal ngmng kya gni. Tp mndkati jg kya.y emg g bkal dkt" org si ideal naik trz), ato ...lo blang UU d tgakan (btan. Djalankn), publik uda pnter, sprmasi hkum uda oke, tp cba jabarin k gue utk hal itu kta prlu apa? sbrapa bnyak cita" per divisi itu spya jd madani. Bkal sangat sangat sangat susah (mencba tdk mmkai kta mustahil) utk menjbarkn.y sja. Dan krna dr awl, "kta ambl UU" tjuan.y tu hnya sbgai upaya. Tunjukn gw bunyi uud mana yg mngharuskn trcpai.y tjuan. Pmrntah jg g mw d tntut gra" d uud blang "msal uu guru dan dosen" dosen pzti mencrdaskn murid, bla3. Ato uud pend yg bjibun ato bunyi " stiap wrga ngara brkwjibn mnrma pend" smntara sklah" pd roboh, ank trlantar msh pabalatak. Lantas mw menyalahkn uud, bgtu? Tdak kan. Hodoh cpe. Ntar lg dlnjt. Ribet via gnianSee More
December 16 at 8:19am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Elly Nu'ma Zahroti
Ih suka bgt de ni, gw punya tmen kyk kalian.
Ap kata lo tentang keidealan it bner din.
Tp dengan pikiran mcam it, hmm, ad kmungkinan justru tidak ad yang dikejar. Keidealan. Madani sebagai sallah satu dr keidealan. Yang g kita tau btasnya, st...andarnya, bahkan bigung jg mengenai indikatornya, y jelas aj g bgitu diharapkan atau diinginkan scara murni.
Eh tp kn ad 'karakteristik' yang ditentukan sejak awal, sbnernya cm itlah yang perlu diwujudkan, g usah mikir dlem" lagi, apa yang sebenarnya dr masih masing karakteristik it.
Ih, tp klo g dipikirin kita mana tau dasar untuk memulai mewujudkan karakteristik karakteristik it y..
Ahh..See More
December 16 at 8:25am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Elly Nu'ma Zahroti
Gak tu, gw gak akan bilang ad yang mendekati keidealan. Gw sangat tidak menjunjung hal it. Lagipula lo yang mengingatkan gw bahwa batas keidealan it aj ntah yang mna, atau terus bertambah ketika ad suatu tetapan, y buat gw mikir yang "mende...kati" it pun g ad.

Hadoohh.. Gila y, emang ribet, kyknya lo musti hadir di kelas gw de din.

Sol menyalahkan uud, selama in kita sempet mikir untuk bs seperti it, tp tidak man, ujung ujungnya g ad yang bisa disalahkan.See More
December 16 at 8:31am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Dinni Maura Azimuth Azure
Nah.. Aduh.. Uda berbusa mw nuls. Tp males smpah. Sudahi saja lah ly. Bcra gnian emg g bkal ada absnya.. Trnyta emg bner. Debat d kelas gw g bkal ada apa".y dbndng brfilosofi sma lo. D klas tu blm apa" uda blang ya udah lah 2x. Dan dsna gw ...adlh org plng mles nerusn debat. Cma sma lo gw pewe beradu argumen. Krna pda dsar.y kta bkal sling mnyetujui. Gw jg sneng bgt pnya tmen kya lo. Holoh. Emg uda lma kta g gni"an ya. G prnah sms brtubi" mpe 6 set, bgadang ngbisin mlm. Heu. coment lu tiga".y bru gw bca. sama" untk mksh.y.. Tntng mskin: krna gw ngrsa gt. Dan, sdkt.y gw stju si sma org" yg krna drinya mrka mskn. Tp gw ttp g tega. Mski kdng" ska mkr gt jg. Oh, enyalah smpah msyrkt. Tp tetep g bsa. Tntng klas lo: ask tuh. Bleh dcba. Amming gw prnah msk klas fska itb pke nama org, tp kalo gw msk kls lo gw pzti ktauan. Skalipun pke srgam (jd ingt 3 idiots). Tp gw g ykn dsna gw bsa ngmng kya gni. Lo kan tw retorka gw dlm acra forml kya apa. Dan kmaluan gw sgde ap. Hmh, ok de trakhr. Ksh tw jg tntng smw" karaktrstk ituSee More
December 16 at 9:34am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Dinni Maura Azimuth Azure Btw.. Mimik.y dadan emg kbyang.. Hodoh.. Politik bgt dy ya.. Hheu.. Dan azis.. Cieee.. Siapa lg ni? Cba lo knal ameth. Hheu. Tp ntah ding kalo pkn. Tp kalo dbat tknologi ato fska sma dy emg seru. Brasa jd elly + arfan ato yudho @ area x. Ihihi.
December 16 at 9:40am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Dinni Maura Azimuth Azure Btw lg sblm gw mandi (ahaha. Iya gw tw ko yg ini emg g pntng dsbut), kalo smua ini d post.y d blog gw boleh gg? Siapa tw blog gw jd laku. Ahahahaha.. Maklum pemula. Ha. :D
December 16 at 9:43am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Sidik Mujahid Mulya
ya kalo menurut aku mah buat mnciptakan masyarakat madani kita musti tau apa itu madani,, ya arti simplenya aja madani itu apa,,
hidup rukun aman sejahtera gotong royong, gt kan??
knapa di negara ini sangat sulit buat menciptakan masyarakat m...adani itu..
krena dari masyarakatnya sendiri yg belum bisa "ngaca" diri siyapa kita..
contoh kecil masalah BBM,, kalo kita bisa ngukur kemampuan dan prioritas dalam mencukupi kebutuhan hdup kita, mau ada subsidi ataupun tidak gakan ada demo yg anarkis..
yg sya lihat org yg belum mampu kaya tp memaksakan diri hidup kaya, sehingga permasalahan yg sebenarnya kecil dibesarbesarkan..
BBM naik?? drasa kita ga mampu beli yasudah cari alternatif lain..
sepeda? jalan kaki? hemat kan ga perlu demo yg anarkis..
masalahnya apa ada yg mau,, GENGSI pastinya..

intinya mah kita ciptakan madani itu dalm diri kita sendiri dulu..

hampura ngacapruk teu puguh.. haha..See More
December 16 at 9:56am • LikeUnlike
o
Dinni Maura Azimuth Azure
Scra teori sih gg ngacapruk jg ko itu. Emg bner pzti kya gt. Hanya sja hdup rukun aman itu pzti bda persepsi.y tiap org.. Kalo bcra hdup rkun aman, org" kaya ya syah" aja. Mereka rukun. Mereka aman. Gotong royong. Bisnis. Lantas mreka madan...i, bgtu? Pngartian madani dsitu sprti.y trlalu umum. Mskpun kta (sya), tdk tw sbnr.y madani yg bnr" madani itu sprti apa. Krna cnth.y sja tdak ada. Kalau pun kta tau bhwa madani adlh bla3 sprti d ajarkn pkn, mnurt sya tdk mutlak mnjdikn kta sbgai madani. Krna stiap org itu brbda. Tdk smw org akn mnrima smw apa yang mrka kthui. Jgnkn yg mrka kthui, sswtu yg mrka ykini sja kdang" dlm plaksnaan.y mrka msh enggan. Untk mslah bbm, utk kndraan khusus.y, bkn mslh gengsi sja, tp efisiensi wktu dan tnaga jg tdk optimal. Bkan brarti jg sya pro demo. Madani itu hanya impian. Dan yg salah, skrang solusi utk mnjdi madani pun hanya sbuah impian. Oh, sudahlah ckup. I quit.See More
December 16 at 10:58am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Sidik Mujahid Mulya
ya kan saya menekankan intinya dmulai dari dalam diri kita sendiri, ubah mindset kita tentang prioritas kehidupan,,
msalah efisiensi waktu,, disesuaikanlah dgan kmampuan kita jga,,
kita harus lebih pinter pinter lagi memanagemen waktu kita..
s...emua bermula dari diri kita...

emh kalo kata c elly d awal artikel madani itu 'madaniyah',, bikin saya inget k madinah,, kalo perlu contoh masyarakat madani itu seperti apa..?
saya pikir kehidupan masyarakat madinah di masa Rasulullah sangatlah cukup buat kita mencontohnya..
yah kehidupan masa itu yg dijadikan contoh..See More
December 16 at 11:08am • LikeUnlike
o
Elly Nu'ma Zahroti
Dini: hha, lo tu emang best tau. Huuh, kita sudahi aj. Ak jg udah mulai jengah, kn emang g begitu escited critanya. Hanya menawarkan (hoohh, itlah). Huuh kangen. G ad stimulan c, jd y udah g prnah lg de kita kyk gt. Hmm..

Boleh ko, masukin a...j. Kembangin lg.
Lagipula yang in emang g sesuai tema blog ak..See More
December 16 at 5:01pm via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Elly Nu'ma Zahroti
Sidik: ho. G ngacapruk jg ko. Ak stuju sm contoh zaman rasulullahnya. Tp klo dipikir" lg, g semadani yg dibilang kitakita skarang jg..

Oy, buat standar atau karakteristik madani, ad ko din, di paragraf mna y, yang adanya kemandirian dan bla ...bla bla it lho.

Hoohh, udahan yukk.. He. (moody) hhu.See More
December 16 at 5:04pm via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Dinni Maura Azimuth Azure Sipp.. Udahan ahh. G akn aku kmbangn. Aku mw post. Bsrta koment".y mw yg pntng apa kaga. Aku plng bkn kya diary. G artkel. Dan mw polos blang yg trjadi ini. Sbnr.y msh mw ngoment sidik, tp y sudahlahh. Hi. Oke.. Tutup.. Trakhr ni dri aku.. Tnggu khdiran.y d dinitweetyaprilani.blogspot.com.. Hhi..
December 16 at 6:32pm via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Sidik Mujahid Mulya haha iya sip,, udahan ga kan selesai da kayanya kalo dilanjutin jga..
talkless do more..
iya sok ditunggu.. d blognya.. :)
December 16 at 6:35pm • LikeUnlike
o
Dadan Darru Ruchyat
wah uda ktiggalan bnyak li.
skrang liat klo bbm masi 200. haraga smbako rendah kn? trus apa bedanya klo harga minyak 7000? harga smbako menyesuaikn aja kn. toh sama aja. tr jga pada minta naek gaji krna kbutuhan naek. cost tinggi y hrga jual... barang jga tinggi ly. sma aja..

sya ira uda susah buat wujudkn masyarakat madani. bisa survival aja uda susah. masi untung bisa idup jgaSee More
December 16 at 6:43pm • LikeUnlike
o
Elly Nu'ma Zahroti Sya ira? Ira? Siapa?

Hmm.. Iya c, bner". Hmm. Ih emang de, bner kta sidik. Udahan ah. Talk less do more.
Kta dini jg, kita kbanyakan mikir. Mikir doank.
Udahan yu dan? He.
December 16 at 6:46pm via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Dadan Darru Ruchyat uda mles bacanya. kpanjangan,
December 16 at 6:47pm • LikeUnlike
o
Dadan Darru Ruchyat
nah itu kita tu dari sd cma di kasi teori g boleh buang sampah smbarangn dan g dkasi tau pula knapa g boleh.
dan g ada yg ngasih contoh realnya.
just it . finish.
wkwkwkwkwkwkwk :D ktawa2 baca comment2nya. apalagi ocha yg tw2 dateng dan gtw ma...salahnya apa. ikut nyimprung doangSee More
December 16 at 6:49pm • LikeUnlike
o
Elly Nu'ma Zahroti Hha. Iyaa..

Dini: ho, oke de. Atur atur lah.
Eh tp ak aj bingung klo nglampirin komen di blog mles setting layout atau bkin kotaknya. Ntar ak liat de..
Hha. Kapan kapan de kritikin yang sidik lg..
December 16 at 6:50pm via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Sidik Mujahid Mulya haha,, Ok lly..
hayu kita diskusi lagi.. :)
December 16 at 6:53pm • LikeUnlike
o
Al Yasser Ga asik kalian . Berani mulai ga mau menyelesaikan . Kaya cowo yang kabur setelah ngehamilin . :P
December 16 at 7:56pm via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Sidik Mujahid Mulya wkwkwkw.. maneh pisan eta mah serr..
December 16 at 8:03pm • LikeUnlike
o
Dinni Maura Azimuth Azure Ahaha.. Siaaaaaap.. :) eh, elu aja yg hitech bngung, apa kbar dgn sayaaa. ahaha. Sumpah gw greget sma lo. Lo sma dadan ska g nymbung deh. Ntar lah d blog sklian, dsbelah mana lu kocak. Mba eeeel, mba el.
December 16 at 9:07pm via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Ameth Saefulloh
Udah baca..
Hmm..
Lalu apa?
Haha..
Aku stuju ama prnyataan -mulai dari diri sndri-, mgkn lbh tpat'a mlai dr tiap individu..
...Nah bagaimana caranya agar tiap individu sadar akan hal itu?
(maav klo udh dibahas, males baca2 komen, bnyk bgt, hehe)See More
December 16 at 10:08pm via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Elly Nu'ma Zahroti
Yasser: hha. Jangan salahkan bunda mengandung. Lho lho? Hha. Udah jenuh man. Ujung"nya y emang balik lg ke awal..

Dini: aiihh.. Iy bgt emang, dadan ngmng ap gw ngomong ap, mkannya gw ad ralat td. Tp sbnernya nyambung jg kali (kekeuh) buktiny...a dy tetep menanggapi. (atau kpaksa?) hha. Yang paling g nyambung tu yg mna y? Ah.. Hha dan, kapan gw bilang soal kocak he?

Sidik: yoyoi, cr masalah lain lg. Ho.

Ameth: hheu, iy kn telat. Cb klo km buka pas lg free.. Dan yang seru justru bukan di notenya met, tp d komen"nya. G nyambung dan menyimpangnya ak, klo dipikir", malah bnuh diri jg, ngusulin ap narik atau nentang ap. Hho

oy din, y sm" blajar de, ak jg ad sbagian yg diotak atik kaka kn.. Yasser tu, ngeblog tampilannya gt gt doank, tp asik. :pSee More
December 17 at 2:44am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Ameth Saefulloh Ya org aku free'a jam sgitu mau gimana lg..
Yasudahlah, yg penting mah indo 1-0 philip, haha.. Emg ga nyambung..
December 17 at 5:49am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Reza Assault madani=madinah=madaniah
December 17 at 6:27am • LikeUnlike
o
Reza Assault pemenuhan kebutuhan sandang pangan papan pendidikan kesehatan harus terpenuhi dulu agar tercipta masyarakat madani.
December 17 at 7:14am • LikeUnlike
o
Dinni Maura Azimuth Azure Holoh. Elly, lu aja sma gw uda g nymbung. Hmp.. Tau deh.. Ntar ajj..
December 17 at 7:48am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Elly Nu'ma Zahroti Amet: emang. G nyambung. Hha.

Dini: hha. Yuukk.

Reza: hheu. Pemenuhan pangan y. Hmm..
December 17 at 7:53am via Facebook Mobile • LikeUnlike
o
Reza Assault pendidikan kesehatan itu sangant penting
December 17 at 7:55am • LikeUnlike
o
Ghozt Ghozilla Shogunz masarakat malasi??????????????????????????????????
December 18 at 11:41am • LikeUnlike
o
Elly Nu'ma Zahroti Heh, lo tu kaka gw. Komen yang lebih berarti napah. -__-
December 18 at 2:18pm via Facebook Mobile • LikeUnlike


Well, kenapa gue ngasih tunjuk lo tentang ini? Biar bang irpan bahdim maen ke kampus gue (lho? nonton bola aja kaga pernah, sok naksir Irfan Bachdim).. sebenernya ga kenapa2 si. Kepikiran aja. Tapi ya, helloooooooooooooooooooooo,, masih penting ya zaman kaya gini ngasah intelektual pake mikirin keadaan Indonesia, if u wanna heavenly thing, make it. Prove it. Itulah yang membedakan mimpi sama khayalan. Tugas aja numpuk, kuliah selalu ngantuk, UAS depan jidat, pacar manyun mulu, duit ga banyak2, sekarang mikirin peradaban ditengah gunung meletus. Oh, meeeeeeeeeeeeeeeen..! Gue akuin lo cerdas. Abis. Mampus. Gue demen punya temen pada idealis. Dan itu mulia. Jempol deh. Tapi siapa yang peduli kita berbusa adu argumen, keabisan ide, mati, Endonesa tetep kaya gini aja. Tau kenapa? Karena gue rasa kita ga bisa ngerubah peradaban hanya dengan berpikir. Simply, there is something to do. Hanya aja kita ga tau mulai dari mana dan apa itu.

Merubah pola pikir seseorang itu tidak mudah. Dan saat itu berhasil, kalo konteksnya peradaban kan ngehe juga. Menyangkut masyarakat gitu loh . Berapa banyak? Berapa juta? Berapa milyar? Pola pikir mereka menuju si madani itu harus terbentuk disaat bersamaan. Kesadaran kita SEMUA. Gue ulangi biar lebih dramatis, S-E-M-U-A. Jadi kaga bisa maju2 sendiri. Mau nunggu, ya silahkan. Tapi benarkah saat kita menjadi seorang yang patuh kita tidak akan pernah melanggar lagi? ? Bosan itu hilang? Menunggu smpai kapan?? Akankah ada irisan dimana kesadaran kita muncul? Benarkah suatu saat, tunas bangsa Indonesia, kelak presidennya berhasil untuk ini? Bukannya pesimis tapi saya hanya berbicara realistis. Mencoba tidak munafik untuk berkata Indonesia memang sudah begini. Kekacauan itu natural. Kayanya emang dari sononya mesti begitu deh. Inget hukun Termodinamika ll? “Entropi. Sistem bergerak menuju ketidakteraturan (kekacauan)”. Lantas anda bertanya “lalu harus apa kita?” jangan bertanya karena saya pun tak tahu. Dan bahkan saya sudah tak ingin bertanya. Lo kata ini ironis? Ini sarkastis, bung! (padahal mood gue lagi bagus. Kenapa kesannya jadi kaya marah2 ya. Sok, lu ahh din..!)
Terus ngapain gue nulis ginian? Harus ngapain kita? Terus siapa yang salah? Apa? Yang mana? Apa kabar pemerintah? Apa kabar peraturan? Apa kabar kebijakan, Perda, UU? Apa kabar Dora dan Boots? (holoh. Setengah satu pagi di malam natal mulai bikin gue tambah ngelantur. Eh, iya. Buat yang merayakan merry christmas yak,,!). Kabarnya baik2 saja (eh ntah juga ding), yang jelas emang ga ada yang salah. Jadi gue juga ga setuju demo anarkis apalagi masalahnya ga jelas. Kadang pengen nanya pendemo, sebenernya mereka ngerti ga sih lagi ngapain mereka dan buat apa? Apa cuma ikut2an doang? Provokator? Loyalitas kewarganegaraan?
Well, loyalitas kewarganegaraan ya? Kaya apa? Kaya gimana? Buat mewujudkan madani ini, loyalitas memang mutlak dibutuhkan. Kalo semua masyarakatnya pada loyal, mungkin madani bukan lagi utopia. Lantas bagaimana menanamkan loyalitas? Mungkin semua orang sebelum melakukan sesuatu selalu memikirkan konstribusi yang akan ia dapatkan dengan melakukan hal tersebut. Jadi nimbang untung rugi. Orang-orang telah lama mungkin berpikir apa yang akan saya dapatkan dengan mematuhi semua peraturan negara kalo saya comfort dengan begini saja. Kalopun untung ga bakal se berapa. Toleransi memang sudah langka dan tak ada alternatif untuk menggantikannya.
Oh, haruskah pemerintah ngebayar tiap warga negaranya yang patuh (secara, gue simpulin kalo warga Indonesia tu pada matre. Termasuk gue. Hehehe. Tapi gue ga asal jeplak loh. Orang sekarang kalo ngelakuin sesuatu ga ada duitnya mana mau sih? Setidaknya memang tidak semua. Tapi dominannya)? Jadi saat kita mematuhi peraturan kita bakal dapet duit “anggaran kedisiplinan menuju kesejahteraan” dari pemerintah. Orang yang makin patuh bakal makin kaya, makin makmur, sejahtera. Sehingga otomatis orang-orang bakal pada menanamkan kedisiplinan tinggi supaya jadi kaya. Hrrr, logis ga sih? Oh, dan parahnya, gue sekarang nulis ginian karena ada program pemerintah yang dibikin mirip sistem MLM guna menyadarkan masyarakat untuk berdisiplin ria dan mengembangkan loyalitasnya terhadap negara. Sehingga kemudian lantas akhirnya, si gue bikin post tentang masyarakat madani, nambah deh omset gue. Makin banyak yang baca, makin tebel dompet gue. Makin banyak orang terpengaruh bahkan jadi sok idealis dan nyebar-nyebarin penyuluhan (penyuluhan? Bahasanya ga enak benget yak, eh emang bahasa gue ada yang enak ya? ahaha) ginian ngikutin jejak gue, makin tinggi kursi gue di Departemen Kementrian Publikasi dan Marketing Filosofis Berantai Menuju Kedisiplinan dan Kemakmuran Rakyat. Hmh, bisakah demikian?
Udahan ahh, ngantuk. Takut dikutuk juga. Ho. These is what in my mind. Not to judge, that is true. Just an opinion.. doesnt mean yaaaaa,, jadi on me ato ga, no problemo. hhe. Thathaaaaaaaaaaaaaaa...... see yaou,, ;)