Batas itu membuatmu tergores, benar?? Ku tahu kau tak mampu membuatnya merubah batas itu. Kau pecundang. Lebih dari dia. Kau itu siapa? Dia itu siapa? Oh, sayang. Dia tak bisa hanya berkata “aku takut” atau “maaf karena ku begini. Maafkan atas keterbatasanku” “maaf karena ku tak ada untukmu. Maaf karena aku BELUM bisa seperti teman2mu”. Kau boleh berpikir “doesn’t matter ay. No problem. Sebut lelaki mana yang SELALU ada untukku? Adapun yang mendominasi hanyalah kau. Kau”. Tapi tidak dengan hati kecilmu, bukan? Kau menginginkannya. Kau menginginkannya untuk ada disampingmu, untuk memberimu pelukan, membelai rambutmu, mengusap pipimu, menenangkan hatimu. Kau ingin. Kau menginginkannya.
Kau layak diperjuangkan sayang. Dia memang seharusnya memperjuangkanmu. Dan hati kecilmu berharap agar dia meronta. Berjuang. Menentang. Menembus batas yang ia ciptakan. Berontak jika dia ingin, bebas jika dia mau.
Apakah dia memang tidak menginginkannya? Dia memang tidak menginginkanku? Tak ingin? Oh, mungkin tidak. Dia ingin. Hanya saja ia tak yakin. Tak yakin. Dan aku yakin. Huhh, benarkah?
Dia memenjarakan dirinya dengan batas itu. Batas yang sebenarnya ia sendiri yang buat. Sesungguhnya batas itu tak ada. Dan jangan pernah kau berpikir tentang batas. Musnahkan jika kau mau, berontak jika kau ingin, bebas jika kau yakin. Kau ingin meyakinkannya? Ya, aku tahu kau menginginkannya tapi aku tahu kau tak yakin. Kalian sama-sama tak yakin. Kalian pecundang. Pengecut. Dan tetaplah begitu sampai kau harus terluka lagi. Terjatuh lagi. Melemah lagi. Kau lemah, sayang. Satu yang tak bisa kau sangkal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar